SISTEM
LAPISAN BADAN DAN KELEPASAN
(Oleh
: Kelompok VI)
I. PENDAHULUAN
Dalam
percakapan sehari-hari biasanya orang mengatakan tantang rohnya, dengan begitu
ia menyatakan kata itu adalah dirinya. Orang-orang juga banyak membicarakan
mengenai kelepasan dan badan yang ada selain
badan fisik manusia. Ini merupakan pernyataan yang tidak tepat dan menyesatkan
justru kebalikannya yang benar. Manusia adalah roh yang memiliki badan. Karena
selalu badan yang tampak dan digunakan untuk melakukan pekerjaan di dunia
fisik, ia mempunyai badan lain yang tak tampak oleh mata biasa dan digunakan
untuk menangani dunia emosi dan dunia mental. Tapi saat ini kita tidak
menguraikan badan emosi dan mental.
Selama
abad terakhir ini telah banyak diperoleh kemajuan dibidang pengetahuan mengenai
badan fisik Siswa ilmu kedokteran kini dapat mengenali susunan badan fisik yang
begitu rumit, yang merupakan gambaran umum tentang mesin yang mengagumkan dan
merupakan badan manusia. Tapi, mereka
tentu harus membatasi perhatiannya kepada badan fisik semata-mata. Maka
kebanyakan siswa ilmu kedokteran mungkin tidak menyadari adanya jenis badan
yang bersifat non fisik yang sering disebut badan halus. Justru badan halus
yang tak nampak ini sangat penting bagi kita, karena merupakan alat yang
mengalirkan vitalitas (energy hidup) dan memelihara kehidupan badan fisik. Oleh
karena ini tanpa badan halus yang merupakan jembatan untuk menyalurkan
gelombang pikiran dan perasaan ke badan
fisik yang padat, kepribadian kita tidak mungkin menggunakan sel-sel otaknya.
Badan halus ini tampak dengan jelas bagi orang yang waskita (memiliki padangan
mata batin yang tajam), sebagai bentuk kabut yang berwarna abu-abu ungu agak
berkilauan, menembus badan fisik dan melampaui sedikit di luarnya (Kamanjaya, 2000
: 54)
1
|
II. PEMBAHASAN
2.1 Lapisan
Badan Manusia
Sistem lapisan badan manusia itu ada 2 yaitu sistem
lapisan badan kasar dan sistem lapisan badan halus. Selain tubuh fisik yang
terlihat, manusia juga mempunyai beberapa lapisan tubuh yang tidak terlihat
mata, yang seluruhnya berjumlah 7 buah yang ditinjau dari sudut spiritualnya
yang meliputi :
1) Tubuh
Fisik
Tubuh
fisik sebagai tubuh yang paling nyata amat penting karena sebagai dasar dalam
pengekspresian dari tubuh-tubuh lainnya. Pengembangan tubuh-tubuh lainnya tanpa
menghiraukan tubuh fisik tidak dapat memberikan
keseimbangan. Disamping itu, masalah pada tubuh fisik biasanya akan
menulari tubuh-tubuh lainnya, karena masing-masing lapisan tubuh itu merupakan
satu kesatuan yang saling terkait dan mempengaruhi dalam segala aspeknya, yang
kalau dibandingkan analog dengan keberadaan suatu rantai.
2) Tubuh
Emosi/Tubuh Semangat
2
|
3) Tubuh
Mental
Frekuensi
getaran tubuh mental adalah tergolong
getaran sedang. Pada tubuh inilah manusia mulai berpikir, belajar, dan
menciptakan. Apabila saat mempelajari suatu, kesimpulan yang diambil secara
sempit, maka orang yang bersangkutan cenderung menjadi naïf dan suka untuk
menerima hal-hal baru. Latihan-latihan yang cukup harus dilakukan untuk
membersihkan tubuh mental agar pemikiran-pemikiran negative dapat dihapuskan.
Amatlah penting untuk menjaga agar pandangan selalu luas dan pemikiran selalu positif.
4) Tubuh
Intuisi
Walaupun
tubuh intuisi merupakan tubuh pertama yang dianggap sebagai tubuh spiritual,
tubuh intuisi merupakan tubuh yang terdapat ditengah-tengah antara tiga tubuh
duniawi dan tubuh spiritual. Tubuh ini merupakan tubuh “Perasaan” yaitu
penyeimbang hubungan antara Alam Duniawi dan Alam Spiritual. Pembersihan tubuh
ini amatlah penting untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan Duniawi dan
Spiritual.
5) Tubuh
Atman
Tubuh
atman mempunyai getaran yang jauh lebih tinggi dari pada getaran-getaran tubuh
fisik, tubuh emosi, tubuh mental, dan tubuh intuisi. Tubuh atman merupakan
pusat karisma, sehingga seseorang mungkin menjadi super, misalnya merasa
mengetahui segala sesuatu atau merasa melebihi orang-orang lain. Masa
pembersihan tubuh Atman ini harus dilewati dengan hati-hati karena tubuh Atman
adalah salah satu tubuh dimana karma paling mudah terjadi.
6) Tubuh
Monad
3
|
Dengan
bersihnya lapisan tubuh monad seseorang akan mengetahui tujuan hidupnya.
Ke-Akuannya akan bersatu dengan kesadaran Brahman dengan pengertian penuh atas
tujuan dan keberadaannya di dunia.
7) Tubuh
Brahman
Dengan
dibersihkannya tubuh Brahman oleh tenaga kundalin, seseorang akan merasa satu
dengan mikrokosmos dan Tuhan Yang Maha Esa. Masa pembersihan biasanya berjalan
dengan cukup sulit dan selama masa pembersihan tersebut, konsep mengenai Tuhan
Yang Maha Esa berubah-ubah secara drastic, untuk beberapa saat, seseorang
mungkin merasa amat jauh dari Tuhan, namun orang-orang yang mempunyai iman yang
kuat akan melewati masa ini dengan lebih mudah (Sunetra, 2004 : 9 – 11)
2.2 Lapisan Badan Munurut Para Yogi Di India
Pengetahuan mengenai lapisan-lapisan badan amatlah
penting untuk memahami dan melaksanakan ajaran yoga, sebab dalam latihan yoga,
proses latihan itu tidak hanya berkaitan dengan badan fisik saja tetapi juga
berkaitan dengan lapisan-lapisan badan halus. Ada beberapa macam klasifikasi
badan/tubuh manusia menurut suatu filosofi
atau ajaran yoga tertentu.
1) Klasifikasi
lapisan-lapisan Badan menurut kaum yogi di Himalaya Utara India, dimana
pembagian Badan dibagi atas tujuh lapisan yaitu :
(1) Badan Kasar
4
|
Jika badan tidak bersih (suci)
penggunaan energi Ketuhanan (Brahman) akan terhalang bila ia berada dalam badan
fisik. Jika ia memiliki kemampuan kegaiban yang di bawanya sejak kehidupan yang
lalu. Apa bila ia tidak memelihara badannya dengan kemurnian, ia akan merusak
perwujudan energi tersebut, bila mana ia menggunakan energi itu untuk suatu misi,
maka misinya itu tidak bisa dipercaya. Jika ingin memurnikan badan fisik, maka
muncullah masalah makanan, yang harus menghindari alcohol, narkotika, dan
dengan penuh kepastian ia harus menjadi seprang vegetarian. Ia harus
menghindari semua jenis ikan, daging, dan bahkan juga telur. Apabila secara
sungguh-sungguh melalukan hal tersebut, maka selama tujuh tahun badan akan
menjadi murni. Karenanya persiapan kesemua penghayatan yoga terletak
sekurang-kurangnya pada penyucian badan ini. Tentunya bukan untuk persiapan
keseluruhannya, melainkan untuk sesuatu bagiab tertebtusaja dari yoga, yang
tentunya ada persiapan lainnya selain persiapan fisik. Dia terhalang oleh
nafsunya sendiri memasuki dunia halus
yang lebih luhur karenanya, persiapan penghayatan semua yoga terletak
sekurang-kurangnya pada penyucian badan ini.
(2) Badan
Etherik/Badan Kembaran
Badan
etherik terbentuk dari hal-hal yang amat halus yang tidak bisa ditangkap dengan
indra biasa. Badan Etherik merupakan pasangan (kembaran) badan fisik yang bentuknya
seupa, dengan Badan Kasar. Badan Etherik ini tidak dapat dipisahkan dari badan
fisik, walaupun tidak dapat pergi jauh sekali dari badan fisik, pada saat-saat
kematian “Sang Aku (Ego)” meluncur keluar dari badan fisik, badan etherik juga
ikut keluar jika benang penghubung (Sutratman) antara badan fisik dan badan
etherik terputus, itulah saat kematian dimana napas satu-satunya telah
terhenti.
5
|
(3) Badan
Pikiran/Badan Mental
Seluruh
alam semesta beserta isi merupakan satu kesatuan kehidupan besar, dimana
interaksi kehidupannya diatur dengan “Hukum Alam”. Setiap organisme yang paling
kecil samapi yang paling besar.membutuhkan dan menarik ke dalam dirinya
sejumlah kekuatan hidup yang terkadung dalam kehidupan universal ini. Kekuatan
hidup yang terlibat dalam susunan badan manusia inilah yang disebut dengan
“Badan Prana”.
(4) Badan
Astral
Badan
Astral adalah tempat kedudukan segala nafsu dan keinginan. Badan Astral selalu
berubah warnanya sesuai dengan pengaruh pikiran. Badan Astral orang yang berfikir
rendah dan hewaniah adalah kasar, tebal, padat dan gelap warnanya.
Selain
itu kemurnian badan astral ditopang oleh kemurnian badan fisik. Badan astral
memiliki sifat seperti magnet, ia akan menarik zat astral yang sesuai dengan
dirinya dari alam sekelilingnya sesuai dengan emosi seseorang. Sebagai
contoh :
“ Jika seseorang
berpikiran mulia, maka badan astral akan menarik zat astral yang akan mendukung kemuliaan itu, atau jika
seseorang penuh kemarahan, maka badan astral akan menarik zat-zat astral tertentu
yang mendukung kemarahannya”.
6
|
Pada
seorang ahli yoga ia bisa menggunakan badan astralnya untuk pergi ke segala
tempat dalam jarak jauh dengan penuh
kesadaran. Badan astral dari ahli yoga ini tampak serupa dengan badan
fisiknya dengan sarana badan astral ini ia dapat mewujudkan dan menampakan diri
di tempat yang jauh di dunia ini atau bahkan pergi kea lam astral dengan penuh
kesadaran (Sunetra, 2004 : 12 – 14).
Tubuh
astral (Suksma
sarira) merupakan tubuh ”halus” yang mampu merasakan rasa senang dan rasa
sakit, terdiri dari 19 unsur :
a. 5 organ aksi (kara indriya) : mulut,
tangan, kaki, genital dan anus.
b. 5 organ ilmu pengetahuan (jnana
indria) : pancaindra, yakni mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung
(penciuman), lidah (rasa), dan kulit (sentuhan).
c. 5 prana/energi. Prana adalah energy
kehidupan yang melingkupi semua materi di alam semesta ini, termasuk di dalam
udara/napas yang kita hirup saat bernapas:
a) Prana vayu : kekuatan dasar yang menggerakan segala sesuatu dan
mengaktifkan fungsi-fungsi penting seperti bernapas, makan, minum, dan menerima
input sensorial (indriawi).
b) Apana vayu : kekuatan yang mengatur proses pengeluaran : urine, tinja,
ejakulasi, menstruasi, dan proses melahirkan : kekuatan yang menghasilkan rasa
penerimaan dan pasrah.
c) Samaya vayu : kekuatan yang mengatur pencernaan makanan, emosi, dan
pengalaman sensorial merupakan kekuatan mengubah prana menjadi energi.
d)
Udana vayu : kekuatan yang mengatur
pertumbuhan tubuh dan kemampuan untuk berdiri, berjalan dan berbicara merupakan
kekuatan yang memberikan antusiasme dalam hidup.
7
|
e) Vyana vayu : kekuatan yang mengatur sirkulasi oksigen dan makanan
dalam tubuh fisik, serta mengatur sirkulasi pikiran dan emosi dalam astral
merupakan keuatan yang mendukung fungsi kerja prana lainnya (Geogle, 17/03/12 :
10.25).
(5) Badan Intuisi/Badan Persaan
Zat
yang menyusun badan intuisi barasal dari jenis zat yang paling halus dan lembut
dan kekuatan badan pikiran ini dikenal sebagai “perasaan “. Dalam zat ini sang
diri menyatakan diri sebagai akal. Jika kita mengamati orang yang belum
berkembang kita akan melihat bahwa badan pikirannya sulit untuk dikenali,
sehingga perlu perhatian istimewa untuk melihat keseluruhannya. Pada orang yang
lebih maju, badan pikiran yang dimiliki orang itu tampak jelas dan pasti dan
kelilingnya warnanya indah, penuh daya merupaka perwujudan pikiran di alam
mental. Badan perasaan berbentuk oval
yang membungkus manusia. Dengan selalu memikirkan kebaikan adalah salah satu
cara meningkatkan pertumbuhan badan perasaan. Berperasaan yang tenag, sabar dan
penuh konsentrasi adalah aspek lain yang
penting dalam membantu pertumbuhan badan perasaan.
Dalam
badan intuisi ini ada lapisan yang lebih halus dimana lapisan ini dikenal sebagai
badan karana (penyebab). Badan karana adalah gudang penyimpanan atau catatan
karma kita. Ini merupakan benih yang akan menentukan perjalanan hidup kita pada
kehidupan berikutnya.
(6) Badan
Jiwa/Badan Nurani/ Buddhi
Jiwa
atau Nurani adalah kecakapan atau kebijaksanaan dalam mengenal/merasakan,
sebagai saluran menyalurkan pengetahuan Ketuhanan, membedakan tentang yang
baik dan jahat, yang merupakan hari nurani yang terdalam. Badan
pada lapisan ini disebut “Anandamaya Kosa”(Badan Kebahagiaan).
Para
yogi bisa pindah kedalam badan ini dan
mengenyam kebahagiaan yang abadi. Bagi mereka hal ini bukanlah tahyul melainkan
suatu fakta perjalanan.
8
|
(7) Badan
Atman/Badan Berupa Sinar
Azasi
dasar dari segala sesuatu, bahwa azas ini tidak dapat dipisahkan dari Brahman
(Tuhan Yang Maha Esa), kesadaran manusia yang benar-benar mengembang dan
merangkum segala sesuatu antara dirinya dengan alam semesta dan memang satu
dengan semua. Disitulah dia merasa benar-benar mengalami bahwa segala makhluk
yang ada di alam semesta adalah menunggal dengan dirinya yang terdalam. Tiada
kata-kata yang dapat menjelaskan atau melukiskan keadaan seperti itu. Hanya
melalui “Meditasi” yang sabar dan lamalah bisa member pengertian yang terang
akan hal ini (Sunetra, 2004 : 15 – 16).
2) Klasifikasi
lapisan-lapisan badan yang dianut oleh kaum yogi di India membagi lapisan badan
menjadi 5 (lima) lapisan terdiri dari
(1)
Annamaya
Kosa (badan kasar/fisik)
Adalah
badan kasar (badan fisik) yang dibangun oleh badan (energy makanan/minuman)
(Sunetra, 2004 :17).
Lapisan badan ini merupakan lapisan paling luar dari tubuh. Lapisan badan ini
juga dikenal sebagai badan kasar (sthula sarira)/badan biologis kita. Dalam
filsafat Hindu, komponen annamaya kosa terdiri atas kelima alat
pengamatan/persepsi dan kelima alat untuk bereaksi atau bertindak yaitu jnana
indriya dan karma indriya. Kerangka badan, otot, tulang dan semua organ yang
bersifat nyata pada tubuh manusia merupakan lapisan annamaya kosa.
(2) Pranamaya Kosa (badan
emosi)
Merupakan
lapisan badan yang terbentuk dari energy prana yang meliputi segenap system
pernafasan atau system daya-daya vital (kehidupan).
Lapisan inilah yang memberikan nafas/energi yang menggerakkan lapisan
annamaya kosa (Sunetra, 2004 : 17).
(3) Manomaya Kosa (badan
Mental)
9
|
(4)
Vijnanamaya
Kosa
Merupakan
badan pengertian sejati, yang tidak lain adalah kebijaksanaan yang mana
perwujudan dari kekuatan monad. Lapisan vijnanamaya kosa yaitu lapisan sarung pengertian
atau sarung pengetahuan sejati yang membungkus jiwa yang berupa akal budi.
Pengetahuan ini adalah pengetahuan sang diri sejati/Jiwatman. Lapisan ini bisa
dibilang sebagai kapsul yang paling kecil membungkus ananda maya kosa yaitu
pengertian transenden sedangkan ananda maya kosa sendiri merupakan kebahagiaan
transenden.
(5)
Anandamaya
kosa
Adalah
badan kebahagiaan transeden (spiritual)
yaitu rasa bahagia yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, tetapi nyata
dapat dirasakan. Inilah puncak perjuangan hidup di dunia untuk mewujudkan
kebahagiaan. Hal inilah merupakan modal untuk menuju tujuan akhir kembali pada
Tuhan. Lapisan
inilah yang paling dalam membungkus dan paling dekat dengan sang diri
sejati/Jiwatman. Lapisan ini adalah himpunan dari sejumlah kondisi kebahagiaan/kebahagiaan
transenden.
10
|
Dengan lapisan kosa-kosa ini “Atman” berpindah dari badan yang satu ke
badan yang lain. Diantara Vijnanamaya
Kosa dan Anandamaya Kosa
terdapatlah ruang mikro dimana “Jiwa”bersemayam didalam badan manusia, yang
mempunyai peranan sebagai pengendali semua fungsi badan (Sunetra, 2004 : 17 –
18 dan Kamanjaya, 2000 : 56 ).
2.3 Kelepasan
Tujuan kehidupan adalah keterpisahan mutlak dari
Purusa dengan Prakrti. Untuk dapat terlepasnya ikatan purusa dengan prakrti,
seorang harus dapat melepaskan Vrtti yaitu
dengan melepaskan klesa, sebab klesa merupakan dasar terbentuknya Karma yang
menimbulkan Avidya. Jadi dalam
kehidupan manusia terdapat satu rangkaian yang tidak putusnya yaitu perputaran Vritti dan Klesa. Lepasnya ikatan dapat tercapai melalui pengendalian diri (Vairagya). Kebebasan dalam yoga merupakan Kaivalya. Sistem
yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi, dan Samadhi akan membawa pada
Kaivalya atau kebebasan mutlak tersebut, dimana roh terbebas dari belenggu
Prakrti dan Purusa berada dalam wujud yang sebenarnya atau Svarupa. Sang roh
telah melepaskan Avidya melalui pengetahuan pembedaan (Vivekakhyati) dan 5 klesa terbakar oleh apinya ilmu pengetahuan
Sang Diri tak terjamah oleh kondisi dari Citta, dimana Guna seluruhnya terhenti
dan sang diri berdiam pada intisari sendiri. Walaupun seseorang telah menjadi seorang mukta (roh bebas), namun
Prakrti dan perubahan-perubahannya tetap ada bagi orang lainnya (Maswinara,
1999 : 168). Dalam kehidupan sehari-hari Citta disamakan dengan Vrtti (gejolak pemikiran dari pikiran)
yaitu bentuk-bentuk perubahan citta dalam penyesuaian diri dengan objek
pengamatan. Melalui aktifitas citta ini purusa tampak bertindak, bergirang atau
menderita. Perubahan citta dapat diklasifikasikan menjadi ke dalam 5 macam yaitu
:
1) Pramana
(pengamatan yang benar)
2) Viparyaya (pengamatan
yang salah)
3)
Vikalpa
(pengamatan dalam kata-kata)
11
|
4) Nidra
(tidur)
5) Smrti
(Ingatan)
Pengamatan yang benar hanya melalui tri pramana.
Aktivitas citta menimbulkan kecenderungan yang terpendam yang selanjutnya
menimbulkan kecenderungan yang lain. Demikianlah samsara berputar, manusia
ditaklukkan oleh klesa yang terdiri dari Avidya
(ketidaktahuan), Asmita (keakuan), Raga (Keterikatan), Dvesa (dendam) dan Abhinivesa
(takut terhadap kematian). Ajaran yoga mengajarkan bahwa kelepasan itu dapat
dicapai melalui pandangan spiritual pada kebenaran roh sebagai suatu daya hidup yang kekal abadi. Ia
berbeda dengan badan jasmani dan pikiran (Sumawa, 1996: 182).
Selain yang disebutkan dalam yoga, kelepasan juga
disebutkan dalam Nyaya. Bahwa Kelepasan merupakan tujuan dari mahluk (manusia).
Kelepasan akan dapat dicapai dengan melalui pengetahuan yang benar dan
sempurna. Pengetahuan itu akan di dapat dari tuntutan Tuhan melalui ajaranNya.
Sebagai wujud dari kelepasan ialah terlepasnya jiwatman dari kelahiran,
kesenangan maupun penderitaan.
Agar kelahiran dan derita terhenti maka hendaknya
aktifitas dihentikan sehingga terwujudnya kelepasan yaitu suatu keadaan yang
tidak terikat akan karma maupun phala karma. Untuk melepaskan aktifitas maka
orang harus melandasi hidupnya dengan pengetahuan dan kebenaran sejati,
sehingga dengan pengetahuan itu orang akan bebas dari ketidak tahuan yang
menyebabkan orang menjadi sadar dan bebas dari keinginan, kesalahan dan
penyelewengan. Dengan demikian jiwatman akan bebas dari keterikatan dan derita,
dan tercapainya kelepasan (Adiputra Rudia, dkk, 1984 : 30 – 31).
12
|
1) Adhyatmika adalah sakit karena sebabnya dari dalam badan sendiri,
seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan gangguan perasaan, yang
merupakan gangguan jasmani dan rohani seperti sakit kepala, takut, marah dan
sebagainya.
2) Adibhautika adalah sakit (vyadhi) yang disebabkan oleh faktor luar
tubuh , seperti dipukul, kena gigitan nyamukdan sebagainya.
3) Adidaivika adalah penyakit yang
disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dll.
Menurut ajaran Samkhya kenyataan itu adalah roh yang
berjumlah banyak dan dunia objek yang hadir padanya. Roh itu adalah asas kesadaran
yang bebasa dari ruang, waktu dan hukum sebab akibat. Dia mengetahui dunia
objek, pikiran dan perasaan. Semua perubahan aktifitas, pikiran, perasaan
senang dan sudah tergolong badan pikiran. Roh itu sendiri adalah berbeda dengan
badan pikiran itu. Ia berada diluar kesenangan dan kesusahaan. Pikiranlah yang
merasakan senang dan susah itu. Demikian pula tentang hal-hal yang berhubungan
dengan moral adalah tergolong pada rasa aku yang jadi pekerja dan pelaksana
semua tindakan. Roh berbeda dari rasa aku atau pelaksana moral yang berbuat
baik atau buruk dan menikmati hasilnya. Roh itu menjadi saksi perubahan mental
dan badan. Ia kekal abadi, tidak mengalami kematian karena ia tidak dilahirkan
dari sebab dan tidak dapat dihancurkan apapun juga. Namun dari kebodohan ia
gagal membedakan dirinya dari pikiran dan memandangnya sebagai bagian dirinya
sendiri. Akibatnya ia menjadi suatu dari suatu sebutan seperti suatu yang
social, pribadi yang lapar, dan pribadi sebagainya. Menurut ajaran Samkhya
semuanya ini bukanlan roh.
13
|
Ajaran Yoga
mengatakan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pandangan spiritual pada
kebenaran roh sebagai suatu daya hidup yang kekal yang berbeda dengan badan dan
pikiran. Pandangan spiritual itu hanya dapat dimiliki jika pikiran itu bersih,
tenang dan tak tergoncangkan oleh apapun juga. Untuk meningkatkan kebersihan
pikiran itu yoga mengajarkan ada 8 jalan yang bertahap-tahap yang disebut astangga yoga, diantaranya:
1)
Yama
Yama adalah
pengendalian diri, yang terdiri dari:
(1) Ahimsa artinya
tidak membunuh, menyakiti mahluk hidup.
(2) Satya
artinya jujur didalam berkata-kata maupun berpikir.
(3)
Astya artinay tidak mencuri.
(4)
Brahmacarya artinya mengendalikan
nafsu jasmani dan nafsu asmara.
(5) Apanigraha
artinya tidak menerima pemberian yang tidak penting dari orang lain.
Ajaran
Yama harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh, bila orang ingin menjadi orang
yogi. Sebab seseorang tidak dapt memusatkan pikirannya pada suatu objek, bila
mana pikirannya ditindih suatu dosa dan di guncang kecendrungan-kecendrungan
yang jahat.
2)
Nyama
14
|
(1)
Sauca
artinya suci lahir bathin.
(2) Santosa artinya puas dengan apa yang datang
dengan wajar.
(3) Tapa
artinya tahan uji terhadap gangguan-gangguan.
(4) Swadhyaya
artinya mempelajari buku-buku agama dengan teratur.
(5) Iswarapranidhana
artinya memusatkan pikiran dan bhakti kepada Tuhan.
3) Asana
Asana
artinya sikap duduk yang dituntun menjadi sikap yang kuat dan menyenangkan. Ada
bermacam-macam asana seperti padmasana, wirasa bhadrasana dan
sebagainya.untuk dapat melaksanakannya semua ini dengan baik perlu tuntunan
seorang guru. Kesehatan dan kesegaran badan amatlah penting dalam mengendalikan
pikiran.badan yang sakit amat mengganggu pemusatan pikiran.
Dalam hubungan ini yoga
mengajarkan bermacam-macam asana untuk memelihara kesehatan dan menyucikan
badan dan pikiran. Demikian pula asana-asanaini menyebabkan orang mampu
mengedalikan kerja sistim saraf agar terhindar dari goncangan-goncangan
pikiran.
4) Pranayama
Pranayama
artinya pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan
tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pranayama ini terdiri dari ; puraka yaitu pemasukan nafas, kumbhaka
yaitu menahan nafas dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan nafas
berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran sebab ia membantu menguatkan badan
dan meneguhkan pikiran.
5) Pratyahara
15
|
6)
Dharana
Dharana
ialah memegang dan memusatkan pikiran pada sasaran yang diingini. Sasaran yang
diingini itu boleh bagian-bagian tubuh sendiri seperti dahi, boleh juga obyek
luar seperti bulan,area dan sebagainya. Kemampuan untuk memegang pikiran tetap
terpusat pada suatu obyek adalah ujian memasuki tingkan yoga yang lebih tinggi.
Objek lain
diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan
bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan
keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah
kedamaian bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk
kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya
patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual, dll. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.
patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual, dll. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.
7)
Dhyana
Dhyana
berarti aliran pikiran yang tenang pada objek tak tergoyahkan oleh gangguan
sekelilingnya. Hal ini menyebabkan orang memiliki gambaran yang jelas tentang
bagian-bagian dan aspek objek renungan. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi
melalui objek Dharana, lebih jelasnya
Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra
pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada
putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan
Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh
Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut :
“Pranayamair
dahed dosan
dharanbhisca kilbisan
pratyaharasca
sansargan
dhyanena asvan gunan”
16
|
Terjemahan :
Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan
pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan
dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan
Hyang Widhi.
8)
Samadhi
Inilah
tahap terakhir dalam pelaksanaan ajaran yoga. Dalam Samadhi pikiran telah lebur menyatu dengan objek renungan dan tidak
ada kesadaran dalam dirinya sendiri. Dalam Dhyana
antara pikiran dengan objek renungan masih terpisah, namun dalam Samadhi hal
itu sudah tidak ada. Maka yang ada hanyalah objek renungan yang bercahaya dalam
pikiran dan orang sudah tidak menyadari lagi adanya proses pikiran. Dengan
demikian Samadhi bukan lagi pengendalian pikiran seperti tahap-tahap
sebelumnya. Tahap-tahap yang mendahului hanyalah sarana untuk meningkat pada
tujuan akhir.
Dari tingkat Yama sampai dengan Pratyahara disebut dengan Bahirangga
sadhana artinya pertolongan dalam bentuk akhir menuju pada ajaran yoga yang
lebih tinggi. Sedangkan dari Dharana
sampai dengan Samadhi disebut dengan angga sadhana artinya sarana bathin
(Adiputra, Rudia.dkk, 1984 : 69 – 72).
2.4
Hubungan sistem lapisan
badan dengan kelepasan
17
|
Secara umum aliran yoga sangat erat
berkaitan dengan aliran Sankhya, dimana Yoga menerima konsep metafisika dari
Sankhya yang berjumlah 25 butir prinsip. Dua puluh lima butir prinsip itu
terbagi atas lima kelompok dalam aliran Yoga. Kelompok pertama mempergunakan
kesadaran, kesimpulan dan kata /sabda dimana pelaksanaan yoga adalah alat untuk
mencapai perbedaan antara jiwa dan badan jasmani,pikiran dan panca indra
sehingga kelepasan dapat dicapai dengan cara pensucian jiwa. Kelompok kedua
menjelaskan proses mendapatkan pengetahuan kebenaran (pramana) melalui proses
pengertian,kesadaran dan persepsi, kesimpulan dan ucapan. Kemudian dijelaskan
pula mengenai kesadaran yang salah atau palsu (viparyana), sikap mental yang
dikuasai kemalasan (nidra) dan vikalpa (gagasan). Dalam kelompok ini dijelaskan
mengenai panca klesa. Kelompok ketiga menjelaskan mengenai tiga jenis kondisi
mental manusia yang dipengaruhi oleh tiga jenis sifat triguna. Kemudian lebih
menitikberatkan pada konsentrasi pikiran (ekagra) yang terbagi atas empat
tingkatan. Kelompok keempat dan kelima adalah delapan jenis tahapan yoga atau
dikenal dengan sebutan astangga yoga (raja yoga).
Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara
lapisan badan dengan kelepasan sangat erat, karena untuk mencapai suatu
kelepasan itu sendiri, lapisan badan
yang ada harus disucikan terlebih dahulu baik itu lapisan badan halus maupun
lapisan badan kasar.
18
|
III.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan materi di atas, adapun
beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu antara lain :
1)
Sistem lapisan badan manusia
Selain
tubuh fisik yang terlihat, manusia juga mempunyai beberapa lapisan tubuh yang
tidak terlihat mata, yang seluruhnya berjumlah 7 buah yang ditinjau dari sudut
spiritualnya yang meliputi : Tubuh Fisik,
Tubuh emosi/tubuh semangat, tubuh
mental, tubuh intuisi, tubuh atman, tubuh monad, tubuh Brahman. Selain ketujuh
lapisan tubuh tadi, ada juga lapisan tubuh yang disebutkan oleh para Yogi di
India yaitu :
(1) Klasifikasi
lapisan badan menurut kaum yogi di Himalaya Utara India, dimana pembagian badan
dibagi menjadi 7 lapisan yaitu : badan kasar, badan etherik (kembaran), badan
pikiran, badan astral, badan intuisi (perasaan), badan jiwa (badan nurani),
badan atman (badan berupa sinar).
(2) Klasifikasi
lapisan badan yang dianut oleh kaum yogi di India membagi lapisan badan menjadi
5 lapisan yaitu : annamaya kosa, pranamaya kosa, manomaya kosa, vijnanamaya
kosa, anandamaya kosa.
2) Kelepasan
Kelepasan
menurut yoga adalah Kaivalya. Sistem yoga menganggap bahwa konsentrasi,
meditasi, dan Samadhi akan membawa pada Kaivalya atau kebebasan mutlak
tersebut, dimana roh terbebas dari belenggu Prakrti dan Purusa berada dalam
wujud yang sebenarnya atau Svarupa. Sang roh telah melepaskan Avidya melalui
pengetahuan pembedaan (Vivekakhyati)
dan 5 klesa. Ajaran Yoga mengatakan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui
pandangan spiritual pada kebenaran roh sebagai suatu daya hidup yang kekal yang
berbeda dengan badan dan pikiran.
3) Hubungan
sistem lapisan badan dengan kelepasan
19
|
20
|
DAFTAR
PUSTAKA
Maswinara, I
Wayan.1999.Sistem Filsafat Hindu (Sarva
Darsana Samgraha). Surabaya : Paramita.
Nurkancana,
Wayan.1995.Tuhan Jiwa Alam Semesta
Menurut Sad Darsana. Denpasar : Yayasan Dharma Naradha.
Kamanjaya, Gede.
1999. Hukum Evolusi Roh (Brahma Cakra).
Surabaya : Paramita.
Kamanjaya, Gede.
2000. Yoga Kundalini (Cara Untuk Mencapai
Siddhi dan Moksa). Surabaya : Paramita.
Adiputra, Rudia,
dkk.1984. Tattwa Darsana. Denpasar :
Proyek Pembinaan Mutu Pendidikan Agama Hindu dan Budha Departemen Agama.
Sunetra, I Gusti
Made. 2004. Laya Yoga. Surabaya :
Paramita
Ngurah, I Gusti Made, dkk. 1999. Buku Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan
Tinggi. Surabaya : Paramita.
Musna, I Wayan. 1986. Filsafat Pengantar Hindu Sad Darsana.
Denpasar : CV Kayumas.
Sumawa, I Wayan. 1996. Materi Pokok Darsana. Jakarta :
Universitas Terbuka.
TUGAS
YOGA 1
SISTEM
LAPISAN BADAN DAN KELEPASAN
DOSEN PENGAMPU
I KETUT SUMARDANA, S.Pd.H.
IHDN
DENPASAR
OLEH : KELOMPOK VI
1. I GD WIRA NUSA SAPUTRA 10.1.1.1.1.3858
2.
I GEDE NGURAH SWASTAWA 10.1.1.1.1.3860
3. PUTU INDRA SUARTAWAN 10.1.1.1.1.3861
4. NI MADE ANGGRA WAHYUNI 10.1.1.1.1.3862
5. NI PUTU WAHYU PUTRI PRATAMI 10.1.1.1.1.3863
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar