Sabtu, 25 Januari 2014

Psikologi Pendidikan 2


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Kependidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan. Untuk menjadi seorang calon guru dan pelatih professional mahasiswa tidak hanya membutuhkan teori-teori yang diperoleh di dalam kelas, melainkan pengalaman langsung yang berkaitan langsung dengan profesi kependidikan.
Seorang calon guru harus menyiapkan diri untuk terjun langsung ke dunia kependidikan, sebab pada akhirnya mereka terlibat dalam bidang tersebut dan semestinya memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Sebelum mampu menjadi pendidik, pengajar, dan pembimbing yang baik tentu harus mengetahui bagaimana peserta didik yang akan kita bina.
Meski banyak persyaratan yang harus dipenuhi salah satu diantaranya penulis di tugaskan membuat makalah mengenai Teori Belajar Stimulus Respon. Makalah ini merupakan suatu pengetahuan awal agar seorang guru mengetahui salah satu cara yang akan digunakan mengajar.
Penulis menyadari dalam membuat makalah ini banyak sekali pengetahuan materi yang bisa diperoleh. Dengan tugas ini diharapkan penulis mampu memenuhi salah satu persyaratan sabagai seorang pendidik yang professional.





1.2  Rangkuman Materi
Berdasarkan latar belakang yang telah diuarikan di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Pengertian Stimulus Respon ?
2.      Stimulus yang bisa diberikan dalam proses pembelajaran ?
3.      Dampak positif dan negative dari stimulus respon ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian Stimulus Respon.
2.      Untuk mengetahui Stimulus yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui dampak positif dan negative dari teori belajar Stimulus Respon

1.4  Manfaat Penulisan
1.      Mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang teori belajar Stimulus Respon .
2.      Mendapatkan pengetahuan untuk bisa menerapkan teori belajar Stimulus Respon.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stimulus Respon
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Salah satu teori yang berhubungan dengan stimulus respon adalah Teori Behavioristik. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon

2.2  Penerapan Stimulus Respon
Stimulus Respon bisa diterapkan didalam proses pembelajatan, misalnya pada saat siswa sedang mengalami penurunan motivasi dalam belajar. Beberapa contoh Stimulus yang diterapkan dalam proses pembelajaran antara lain :
a.       Pemberian penghargaan terhadap hasil dalam proses pembelajaran
b.      Memberikan tugas mengenai kegiatan belajar
c.       Menunjukkan sesuatu yang bisa membangkitkan motivasi belajar


2.3  Dampak Stimulus Respon
Dalam penerapan Stimulus Respon pasti ada dampak yang ditimbulkan. Dampak positif akan timbul jika Stimulus yang diberikan berupa stimulus positif, dan sebaliknya jika stimulusnya negative maka akan menimbulkan respon yang negative pula. 














BAB III
PENUTUP
3.1  kesimpulan
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

3.2  Saran
jika dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik atau saran yang membangun karena penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Semoga saran dan kritik dari pembaca bisa menambah materi untuk penulisan selanjutnya.    








Tidak ada komentar:

Posting Komentar