BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kependidikan merupakan segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan. Untuk menjadi
seorang calon guru dan pelatih professional mahasiswa tidak hanya membutuhkan
teori-teori yang diperoleh di dalam kelas, melainkan pengalaman langsung yang
berkaitan langsung dengan profesi kependidikan.
Seorang calon guru harus
menyiapkan diri untuk terjun langsung ke dunia kependidikan, sebab pada
akhirnya mereka terlibat dalam bidang tersebut dan semestinya memiliki bekal
pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Sebelum mampu menjadi pendidik,
pengajar, dan pembimbing
yang baik tentu harus mengetahui bagaimana peserta didik yang akan kita bina.
Meski banyak persyaratan yang harus dipenuhi salah satu
diantaranya penulis di tugaskan membuat makalah mengenai Teori Belajar Stimulus
Respon. Makalah ini merupakan suatu pengetahuan awal agar seorang guru
mengetahui salah satu cara yang akan digunakan mengajar.
Penulis menyadari dalam membuat
makalah ini banyak sekali pengetahuan materi yang bisa diperoleh. Dengan tugas
ini diharapkan penulis mampu memenuhi salah satu persyaratan sabagai seorang
pendidik yang professional.
1.2 Rangkuman Materi
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuarikan di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Pengertian Stimulus Respon ?
2.
Stimulus
yang bisa diberikan dalam proses pembelajaran ?
3.
Dampak
positif dan negative dari stimulus respon ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian Stimulus Respon.
2.
Untuk
mengetahui Stimulus yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.
3.
Untuk
mengetahui dampak positif dan negative dari teori belajar Stimulus Respon
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Mendapatkan
pengetahuan yang lebih tentang teori belajar Stimulus Respon .
2.
Mendapatkan
pengetahuan untuk bisa menerapkan teori belajar Stimulus Respon.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stimulus
Respon
Belajar adalah perubahan yang relatif
permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon)
harus dapat diamati dan diukur. Salah satu teori yang berhubungan dengan
stimulus respon adalah Teori Behavioristik.
Teori belajar behavioristik
adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Faktor lain yang dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3)
Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in
Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik
di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
Menurut Thorndike, belajar
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sedangkan Respon adalah
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat
kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak
konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang
utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum
kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal
tertentu dapat memperkuat respon
2.2 Penerapan Stimulus Respon
Stimulus
Respon bisa diterapkan didalam proses pembelajatan, misalnya pada saat siswa
sedang mengalami penurunan motivasi dalam belajar. Beberapa contoh Stimulus
yang diterapkan dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pemberian
penghargaan terhadap hasil dalam proses pembelajaran
b. Memberikan
tugas mengenai kegiatan belajar
c. Menunjukkan
sesuatu yang bisa membangkitkan motivasi belajar
2.3 Dampak Stimulus Respon
Dalam penerapan Stimulus Respon pasti
ada dampak yang ditimbulkan. Dampak positif akan timbul jika Stimulus yang
diberikan berupa stimulus positif, dan sebaliknya jika stimulusnya negative
maka akan menimbulkan respon yang negative pula.
BAB
III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Belajar
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati.
3.2 Saran
jika
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kekurangan, penulis sangat
mengharapkan kritik atau saran yang membangun karena penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Semoga saran dan
kritik dari pembaca bisa menambah materi untuk penulisan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar